Apa aja nggak enak-nya jadi Product Manager?
Tiap kerjaan pasti ada nggak enaknya kan ya
Makin ke sini, makin banyak bootcamp atau training Product Manager. Satu minggu saya bisa dapet 3-4 iklan kayaknya. Makin banyak promosi enaknya kerja jadi Product Manager, udah gitu dibilang "bisa dari jurusan manapun" pula.
Tiap kerjaan pasti ada nggak enaknya kan ya
Makin ke sini, makin banyak bootcamp atau training Product Manager. Satu minggu saya bisa dapet 3-4 iklan kayaknya. Makin banyak promosi enaknya kerja jadi Product Manager, udah gitu dibilang "bisa dari jurusan manapun" pula.
![]() |
Sumber gambar: ekrut.com |
Nggak salah, tapi untuk tau apakah suatu kerjaan cocok sama kita apa nggak, kita harus tau nggak enaknya juga
Coba saya share beberapa:
1. Product Manager bisa datang dari berbagai jurusan, tapi harus belajar ilmu dari berbagai jurusan juga
Beda product, beda juga ilmu yang harus dipelajarin. Misal saat saya kerja di fintek, saya perlu banyak belajar gimana industri finansial dan perbankan di indonesia. Harus juga pelajarin juga gimana tim lain bekerja dan gimana concern mereka at high level. Jadi walau saya bukan orang legal misalnya, saya perlu tetep paham gimana mindset legal untuk produk yang saya pegang
2. Context Switching
Bisa jadi paginya meeting teknis sama tim dev, siangnya meeting bahas desain fitur baru, sorenya ada ngobrol sama legal terkait persiapan meeting sama regulator. Di tiap meeting, "topi" yang dipake beda, orang yang ditemuin beda, concern dan context tiap orang yang ditemuin juga beda-beda
3. Alignment multi stakeholder
Bikin produk itu stakeholdernya banyak dan harus align dengan semuanya. Tiap stakeholder beda-beda kemauan maupun concern utamanya. Di banyak kasus, concern nya pasti bentrok. Since Product Manager yang jadi penghubung semua stakeholder itu, tentu saja akan pusing
4. Meeting, Slack, dan sedikit waktu fokus
Konsekuensi dari perlu paham tentang tim lain dan harus align, kerjaan Product Manager akan penuh dengan meeting untuk alignment. Kira-kira 50% waktu kerja Product Manager itu ya meeting. Di luar meeting kerjanya ngapain lagi? rekap hasil meeting dan nyiapin meeting berikutnya.
Kadang kalo lagi capek tuh ingin rasanya belajar ngoding lagi lalu jadi software engineer agar google calender saya bisa kosong, ga kayak tetris gini.
Pada akhirnya, saya jadi Product Manager bukan karena saya suka semua hal tentang Product Manager. Dan ini berlaku di semua kerjaan: kita milih kerjaan karena ada hal yang kita suka, skill cocok, dan itu membuat kita bisa "memaklumi" hal-hal nggak enak di atas
Diantara enaknya: involve di end to end process bikin produk, yang di kemudian hari produknya bener-bener bikin hidup orang lebih mudah.
dan tentu saja gaji
Kawan-kawan Product Manager lain ada yang mau nambahin apa lagi nggak enaknya jadi PM? dan apa yang membuat bertahan jadi Product Manager?
Atau kawan-kawan yang awalnya pengen jadi Product Manager, mulai berpikir ulang?
Kalo kiranya masih merasa tertantang jadi Product Manager despite hal-hal ga enak di atas, dan mau belajar lebih lanjut, bisa pesan akses video pembelajaran Product Manager-nya Titik Balik di https://lnkd.in/gDxgPwkj
#productmanagement
Coba saya share beberapa:
1. Product Manager bisa datang dari berbagai jurusan, tapi harus belajar ilmu dari berbagai jurusan juga
Beda product, beda juga ilmu yang harus dipelajarin. Misal saat saya kerja di fintek, saya perlu banyak belajar gimana industri finansial dan perbankan di indonesia. Harus juga pelajarin juga gimana tim lain bekerja dan gimana concern mereka at high level. Jadi walau saya bukan orang legal misalnya, saya perlu tetep paham gimana mindset legal untuk produk yang saya pegang
2. Context Switching
Bisa jadi paginya meeting teknis sama tim dev, siangnya meeting bahas desain fitur baru, sorenya ada ngobrol sama legal terkait persiapan meeting sama regulator. Di tiap meeting, "topi" yang dipake beda, orang yang ditemuin beda, concern dan context tiap orang yang ditemuin juga beda-beda
3. Alignment multi stakeholder
Bikin produk itu stakeholdernya banyak dan harus align dengan semuanya. Tiap stakeholder beda-beda kemauan maupun concern utamanya. Di banyak kasus, concern nya pasti bentrok. Since Product Manager yang jadi penghubung semua stakeholder itu, tentu saja akan pusing
4. Meeting, Slack, dan sedikit waktu fokus
Konsekuensi dari perlu paham tentang tim lain dan harus align, kerjaan Product Manager akan penuh dengan meeting untuk alignment. Kira-kira 50% waktu kerja Product Manager itu ya meeting. Di luar meeting kerjanya ngapain lagi? rekap hasil meeting dan nyiapin meeting berikutnya.
Belum lagi slack notif yang nggak ada habisnya. Ini bikin Product Manager akan selalu kesusahan nyari waktu fokus. Dan abis kelar meeting panjang tuh pala rasanya mau meledak, jadi ga bisa langsung fokus kerja yg lain juga
Kadang kalo lagi capek tuh ingin rasanya belajar ngoding lagi lalu jadi software engineer agar google calender saya bisa kosong, ga kayak tetris gini.
Pada akhirnya, saya jadi Product Manager bukan karena saya suka semua hal tentang Product Manager. Dan ini berlaku di semua kerjaan: kita milih kerjaan karena ada hal yang kita suka, skill cocok, dan itu membuat kita bisa "memaklumi" hal-hal nggak enak di atas
Diantara enaknya: involve di end to end process bikin produk, yang di kemudian hari produknya bener-bener bikin hidup orang lebih mudah.
dan tentu saja gaji
Kawan-kawan Product Manager lain ada yang mau nambahin apa lagi nggak enaknya jadi PM? dan apa yang membuat bertahan jadi Product Manager?
Atau kawan-kawan yang awalnya pengen jadi Product Manager, mulai berpikir ulang?
Kalo kiranya masih merasa tertantang jadi Product Manager despite hal-hal ga enak di atas, dan mau belajar lebih lanjut, bisa pesan akses video pembelajaran Product Manager-nya Titik Balik di https://lnkd.in/gDxgPwkj
#productmanagement
Oleh: Fadel Muhammad 🇵🇸, Product Manager Flip.id